Surabaya - Dunia kedokteran selalu menyimpan banyak misteri tentang kelainan atau penyakit. Kelainan yang selalu muncul di setiap bulan atau tiap tahun itu adanya kelahiran bayi kembar siam.
Meski kelahiran kembar siam tergolong unik namun bila tidak ada peran dari dokter anak, maka kelangsungan hidupnya tidak akan bertahan lama, meski usia si kembar siam diprediksi berlangsung singkat.
Sebenarnya, kelahiran kembar siam sekaligus kelainannya bisa dideteksi dengan pemeriksaan USG atau ultrasonografi dengan 3 atau 4 dimensi di usia 20 minggu.
"Namun sayang alat tersebut hanya ada di perkotaan dan tidak ada di kawasan pedesaan. Masalahnya, kasus-kasus kembar siam lebih banyak muncul di kawasan pedesaan yang terpencil," kata ahli dokter bedah anak RSU dr Soetomo Surabaya, dr Purwadi SpBA(K) RSU dr Soetomo Surabaya saat berbincang-bincang kepada detiksurabaya.com, Minggu (15/6/2008).
Biasanya secara epidemologi, kata dia, adanya kembar siam di pedesaan karena faktor gizi. Selain itu karena faktor ibu yang hamil bekerja dengan berat tanpa diimbangi dengan gizi yang baik dan benar.
Kembar itu sendiri, lanjut Purwadi, muncul dari ovum. Saat terjadi pembuahan, terjadi blastosis dan karena satu hal akhirnya terpecah tidak sempurna. Ketidaksempurnaan atau yang dempet inilah yang membentuk kembar siam.
"Bila sudah ada laporan kasus kembar siam, biasanya tim kembar RSU dr Soetomo langsung berrkumpul untuk koordinasi dan mengumpukan data mengenai kondisi kembar siam," tambah dia.
Bila perlu, jelas dia, tim akan menjemput secara khusus dengan membawa alat yang diperlukan. Pihaknya berharap, setiap ada kasus kembar siam, masyarakat segera memberi informasi kepada RS, seperti RSU dr Soetomo, sebelum mengirimnya ke RS. Sebab, bila kembar siam itu dikirim langsung ke RS, selain rawan terjadi goncangan di jalan, juga bisa menyebabkan kondisinya makin kritis.
Setelah dilakukan pemeriksaan pertama atau initial assessment di tempat bayi kembar siam dilahirkan, maka akan dilakukan langkah untuk dikirim ke rumah sakit dengan peralatan lengkap atau tidak.
"Dalam tim dokter yang terdiri dari dokter bedah anak, dokter anak, anastesi, radiologi dan jantung anak akan menentukan pasien mampu survival atau tidak. Jika pasien mampu hidup lama dan dapat dipisahkan tentu akan segera dikirim," tegas dia.
Tapi bila kemampuan bertahan pasien minim dan tidak bisa dipisahkan dengan kelainan kompleks, tapi rumah sakit tak mampu merawat karena keterbatasan alat dan tempat, maka akan dikirim secepatnya. (asy/fat)